Buku Katalog Uang Kertas Indonesia

Sebagai seorang kolektor, kita harus mempunyai buku paduan yang wajib dimiliki. Seperti text book nya para mahasiswa. Judul buku tersebut adalah : KATALOG UANG KERTAS INDONESIA edisi 2005. Buku paduan ini memuat segala sesuatu keterangan tentang uang kertas yang pernah beredar di tanah air kita, lengkap berikut gambar dan harganya.

Buku ini dijual dengan harga sekitar Rp.250 ribuan, tebal sekitar 340 halaman, full colour dan relatif mudah didapatkan di toko2 penjual uang kuno.













Beberapa contoh halamannya:












Untuk tiap uang kertas yang terdapat di dalam buku katalog ini terdapat 3 kategori harga, yang pertama atau terendah untuk kondisi uang yang tidak terlalu baik (Very good), harga kedua yaitu yang di bagian tengah untuk kondisi uang Very Fine dan yang termahal bila kondisi uang UNC.






Selain buku tersebut juga ada beberapa buku pegangan lainnya yang diterbitkan oleh penerbit luar negeri. Contohnya adalah Johan Mevius terbitan Belanda, dan Standard Catalog of World Paper Money terbitan Krause USA. Sayangnya keduanya tidak berwarna dan agak sulit didapatkan di pasaran lokal.







Sejarah Uang NICA

Seri Nica bertanggal 2 Maart 1943 dan terdiri dari 9 pecahan. Pecahan 50 cent, 1 dan 2,5 gulden mempunyai ukuran yang sama yaitu 126 x 73 mm. Sedangkan pecahan 5 sampai dengan 500 gulden berukuran 153 x 73 mm. Semua pecahan bergambar sama yaitu Ratu Wilhelmina dan mempunyai pengaman berupa kertas berbintik. Pengaman ini sangat penting diperhatikan karena akan menghilang bila uang telah dilakukan proses pembersihan, nanti akan kita bahas semuanya.

Pecahan 50 cent

Merupakan pecahan terkecil, berwarna orange dan terdiri dari 2 variasi nomor seri yaitu:
a. 2 huruf yang selalu dimulai dengan huruf F diikuti 6 angka
b. 2 huruf yang selalu dimulai dengan huruf F diikuti 6 angka lalu 1 huruf
Harga perlembar saat ini berkisar di angka 150-200 ribu rupiah perlembar untuk kondisi UNC.
.

50 cent Nica 1943 variasi b


Pecahan 1 gulden

Bentuk dan ukuran sama seperti pecahan 50 cent, tetapi berwarna hitam. Dari semua pecahan seri Nica, pecahan 1 gulden inilah yang termurah dan terbanyak didapatkan sehingga harganya sedikit lebih murah dibandingkan pecahan 50 cent yaitu berkisar di angka 150 ribu rupiah UNC.

Variasi nomor seri juga sama seperti pecahan 50 cent
a. 2 huruf (selalu dimulai dengan huruf A) diikuti 6 angka
b. 2 huruf (dimulai dengan huruf A) diikuti 6 angka lalu 1 huruf lagi


1 gulden Nica 1943 variasi a


Pecahan 2,5 gulden

Bentuk dan ukuran mirip dengan pecahan-pecahan sebelumnya, tetapi berwarna ungu terang. Pecahan ini sudah mulai sukar untuk dicari kondisi UNC nya, harga berkisar di 350 ribu rupiah.
Variasi nomor seri juga sama seperti pecahan sebelumnya yaitu:
a. 2 huruf (dimulai dengan huruf B) diikuti 6 angka
b. 2 huruf (dimulai dengan huruf B), 6 angka lalu 1 huruf lagi
.

2,5 gulden Nica 1943 variasi b


Pecahan 5 gulden

Ukuran pecahan ini dan juga pecahan-pecahan lainnya yang lebih besar berbeda dengan pecahan yang lebih kecil, lebih panjang sekitar 27 mm tetapi mempunyai lebar yang sama.
Harga kondisi UNC sekitar 300 ribu rupiah perlembar. Variasi nomor seri juga sama yaitu :
a. 2 huruf (dimulai dengan huruf C) diikuti 6 angka
b. 2 huruf (dimulai dengan huruf C), 6 angka dan 1 huruf
.

5 gulden Nica 1943 variasi b


Pecahan 10 gulden

Berwarna merah terang, karena itulah seringkali uang Nica disebut sebagai 'uang merah'. harga kondisi UNC sekitar 350 ribu rupiah perlembar. Variasi nomor seri juga ada 2 macam yaitu:
a. 2 huruf (selalu dimulai dengan huruf D) diikuti 6 angka
b. 2 huruf (dimulai dengan huruf D) 6 angka dan 1 huruf

Dimulai dari pecahan 10 gulden variasi yang paling umum ditemukan adalah yang dengan huruf di bagian akhir (variasi kedua) sedangkan variasi tanpa huruf jauh lebih sukar ditemukan. Dengan demikian pada pecahan 10 gulden ke atas (kecuali pecahan 500 gulden yang tidak mempunyai variasi), variasi tanpa huruf memiliki kesulitan yang lebih tinggi dan berarti berharga jual lebih tinggi.
.

10 gulden Nica 1943 variasi b


Pecahan 25 gulden

Berwarna coklat dan merupakan pecahan tersulit ditemukan setelah 500 dan 100 gulden. Mempunyai nilai jual yang tinggi sekali apalagi untuk variasi pertama. Harga jual untuk kondisi biasa (VF) variasi b dan c sekitar 300 ribu rupiah perlembar, sedangkan untuk kondisi yang lebih baik sudah sangat sukar ditemukan dan harganyapun menjadi berlipat-lipat kali. Mungkin untuk saat ini NICA 25 gulden UNC dikisaran 2 juta rupiah perlembar, itupun kalau barangnya ada.
Terdiri dari 3 variasi:
a. 2 huruf (dimulai dengan huruf E) diikuti 5 angka, merupakan variasi tersulit
b. 2 huruf (dimulai dengan huruf E), 5 angka lalu 1 huruf
c. 2 huruf (dimulai dengan huruf E) diikuti 6 angka


25 gulden Nica 1943 variasi b


Pecahan 50 gulden

Berwarna kehijauan dengan variasi nomor seri 3 macam :
a. 2 huruf (dimulai dengan G) diikuti 5 angka
b. 2 huruf (dimulai dengan G) 5 angka lalu 1 huruf
c. 2 huruf (dimulai dengan G) 6 angka lalu 1 huruf
Seperti juga pecahan lainnya variasi tanpa huruf lebih sulit ditemukan walaupun tidak sesulit pecahan 25 gulden. Harga untuk kondisi UNC sekitar 750 ribu rupiah.
.

50 gulden Nica 1943 variasi c


Pecahan 100 gulden

Mempunyai warna yang mirip dengan pecahan 50 gulden sehingga sepintas bisa keliru. Bernilai jual sekitar 2 - 3 juta rupiah perlembar UNC. Variasi hanya 2 macam yaitu :
a. 2 huruf (dimulai dengan huruf H) diikuti 5 angka (sedikit lebih sukar ditemukan)
b. 2 huruf (dimulai dengan huruf H), 5 angka dan 1 huruf.


100 gulden Nica 1943 variasi b
.

Pecahan 500 gulden

Sangat langka dan sangat sulit ditemukan. Kebanyakan kolektor hanya dapat mengumpulkan sampai pecahan 100 gulden saja. Pecahan terbesar ini berwarna biru muda dan hanya mempunyai 1 variasi nomor seri yaitu 2 huruf (dimulai dengan J) diikuti 4 angka. Harga kondisi Fine sekitar 5 juta rupiah, kondisi VF sekitar 10 juta rupiah, sedangkan untuk kondisi di atasnya (EF, AU apalagi yang UNC) sangat-sangat sulit dan bernilai belasan bahkan bisa lebih dari 20 an juta rupiah.
Gambar di bawah merupakan pecahan 500 gulden dengan kondisi terbaik yang pernah saya jumpai.
.

500 gulden Nica 1943
PERHATIAN

Uang seri Nica mempunyai pengaman berupa titik-titik berwarna yang tersebar pada seluruh bagian kertasnya. Titik-titik ini dapat terdiri dari bermacam warna seperti merah muda, kecoklatan atau kebiruan. Yang patut diperhatikan adalah : titik-titik ini akan memudar atau menghilang jika uang tersebut diberikan perlakuan khusus seperti di cleaning atau dicuci baik dengan air maupun dengan bahan kimia. Sehingga bagi para kolektor pemula diharapkan untuk berhati-hati dan tidak membeli uang Nica yang terlalu bersih atau terlalu putih apalagi bila titik-titik pada kertasnya menjadi hilang.
Saya lampirkan beberapa contoh uang Nica yang telah diberikan perlakuan khusus, perhatikan bedanya! Yang bagian atas adalah yang orisinal sedangkan yang bawah telah dicuci atau dibersihkan.



Perhatikan titik2 pada uang yang bawah, semuanya hilang sehingga uang menjadi lebih bersih
.

Perbedaan warna yang mencolok, kertas menjadi putih dan bersih



Bagian belakang uang kertas yang telah dicuci, perhatikan perbedaannya!

.
Bentuk Specimen

Selain bentuk beredarnya, seri Nica juga terdapat bentuk SPECIMEN nya, yang tentu saja bernilai jual lebih tinggi daripada bentuk beredarnya. Bentuk ini bernomor seri 000000 dan mempunyai 2 lubang di bagian bawahnya. Semua pecahan dari 50 cent sampai 500 gulden ada bentuk specimennya. Perhatikan warna dan titik-titik pada kertas uang specimen ini, warna dan titik-titik inilah yang asli terdapat pada semua uang Nica.


50 cent Nica 1943 specimen



1 gulden Nica 1943 specimen

2,5 gulden Nica 1943 specimen

5 gulden Nica 1943 specimen

10 gulden Nica 1943 specimen


25 gulden Nica 1943 specimen


50 gulden Nica 1943 specimen

100 gulden Nica 1943 specimen


500 gulden Nica 1943 specimen


Beberapa waktu yang lalu bentuk specimen seri Nica terjual dengan harga lebih dari 27 juta rupiah perset. Bagi para peminat uang specimen diharapkan untuk tidak membeli uang specimen dalam bentuk terpecah-pecah karena akan mengalami kesukaran untuk melengkapinya. Bila berminat anda harus membelinya secara lengkap satu set.

Nica specimen set terjual seharga lebih dari Rp.27 juta di lelang tahun 2005.


Variasi SPECIMEN lainnya

Selain bentuk bernomor seri 000000, juga terdapat bentuk yang bernomor seri jalan tetapi terdapat stempel SPECIMEN yang melintang di depan dan di belakang kertas uang. Bentuk ini terjual seharga lebih dari 1 juta rupiah di lelang yang sama (2005)



Bentuk Proof

Selain bentuk-bentuk specimen di atas juga terdapat bentuk proof nya yaitu berupa lembaran kertas satu sisi yang sangat langka ditemukan dan bernilai jual sebanding dengan bentuk specimen. Bentuk proof hanya tercetak pada satu sisi sehingga jumlah keseluruhan terdiri dari 18 lembar semua pecahan masing-maing sisi depan dan sisi belakang.


.
Kesimpulan seri Nica

1. Terdiri dari 9 pecahan yang beraneka warna
2. Mempunyai pengaman berupa titik-titik berwarna
3. Terdapat bentuk specimen dan proof yang bernilai jual sangat tinggi
4. Terdapat variasi nomor seri yang sebagian sangat sukar ditemukan
5. Urutan tersulit:
- 500 gulden
- 25 gulden variasi a
- 100 gulden
- 25 gulden variasi lainnya
- 50 gulden
- 10 gulden
- 2,5 gulden
- 5 gulden
- 50 cent
- 1 gulden

Uang ORI Tersulit dan Termahal

Dalam berburu Uang ORI sebaiknya berhati-hati jika ingin membelinya. teliti dengan cermat tulisan dan kode-kodenya. Uang-uang seri ORI tidak mempunyai pengaman yang baik, sehinga sangat banyak dipalsukan. Para kolektor pemula harus extra hati-hati bila ingin mengoleksi uang2 ORI dan harus banyak belajar sehingga dapat mengetahui mana yang palsu dan mana yang asli. Hampir semua uang ORI ada palsunya termasuk yang bernilai rendah sekalipun, apalagi yang bernilai tinggi. Bahkan untuk pecahan tertentu yaitu 400 rupiah hampir semuanya yang beredar dipasaran adalah palsu.

Uang seri ORI banyak diminati para kolektor Pecinta Uang Kuno, jika anda ingin sekedar mengoleksi biasa saja tidak ada masalah untuk membeli Uang ORI yang palsu asal dengan harga yang murah dan terjangkau. tapi bila anda ingin memiliki Uang ORI yang original atau asli anda juga bisa membelinya di alamat web resmi atau Bursa pelelangan Uang Kuno sesuai dengan harga lelang yang anda menangkan.

Secara singkat tingkat kesulitan tertinggi dari uang-uang seri ORI adalah sebagai berikut :

1. ORI 600 rupiah (tersulit dan termahal)
2. ORI 100 rupiah tembakau Maramis

3. ORI 75 rupiah



4. ORI 100 rupiah tembakau Hatta

Mengenal Bagian Uang ORI

 
Dalam berburu Uang ORI kita sebaiknya terlebih dahulu Mengenal Bagian Uang ORI.
Banyak sekali jenis uang kertas yang telah diterbitkan. Beberapa diantaranya sangat sukar didapatkan sehingga mempunyai tingkat kelangkaan yang tinggi. Dan sesuai dengan hukum ekonomi maka uang2 tersebut pasti mempunyai nilai yang tinggi pula.
Di awal-awal tahun setelah kemerdekaan, Indonesia menerbitkan uang seri ORI (Oeang Republik Indonesia) yang dibagi menjadi 5 bagian :

1. ORI I yang bertanggal "Djakarta 17 Oktober 1945"
Terdiri dari pecahan 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1/2 rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah dan 100 rupiah. Walaupun cuma terdiri dari 8 jenis tetapi ORI I mempunyai variasi nomor seri yang sangat banyak, lebih dari 20 jenis variasi yang telah ditemukan.
ORI jenis ini ditandatangani oleh Mr. AA Maramis dan sangat mudah didapatkan sehingga tidak mempunyai nilai tinggi.

2. ORI II bertanggal "Djokjakarta 1 Djanuari 1947"
Terdiri dari pecahan 5, 10, 25, 100 rupiah. Selain pecahan 25 rupiah, gambar dan bentuk pecahan lainnya mirip dengan ORI I tetapi ditandatangani oleh Mr. Sjafrudin Prawiranegara. Seperti juga ORI I, seri ORI II sangat mudah ditemukan dan tidak mempunyai nilai tinggi.

3. ORI III yang bertanggal "Djokjakarta 26 Djuli 1947"
Terdiri dari pecahan 1/2, 2 1/2, 25, 50, 100 SDA, 100 tembakau, dan 250 rupiah. Semuanya ditandatangani oleh Mr. AA Maramis.
Salah satu pecahan dari seri ORI III yang mempunyai tingkat kesulitan yang cukup tinggi, adalah pecahan 100 tembakau, disebut demikian karena gambar depannya adalah perkebunan tembakau. Karena kelangkaannya uang ini mempunyai nilai jual cukup tinggi. Harga di katalog KUKI 2005 adalah: Rp. 800 ribu untuk kondisi VG, Rp. 2.500.000 untuk kondisi VF dan Rp. 5.000.000 untuk kondisi mulus. Sedangkan untuk pecahan2 lainnya relatif tidak terlalu sulit ditemukan.

4. ORI IV bertanggal "Jogjakarta 23 Agustus 1948" dan ditandatangani oleh Drs. Moh Hatta
Terdiri dari pecahan yang bernilai ganjil, yaitu 40, 75, 100, 400 dan 600 rupiah. ORI IV mempunyai tingkat kesulitan tertinggi karena satu diantaranya yaitu pecahan 600 rupiah merupakan kunci dari seri ORI. Pecahan 600 tidak diterbitkan dan dicetak hanya pada satu sisi (sisi belakang kosong), terdiri dari dua jenis yaitu yang mempunyai bingkai bertulisan ENR di sisi kirinya dan satu lagi yang tidak mempunyai bingkai. Harga berkisar dari 8 juta s/d 35 juta.
Pecahan yang mempunyai nilai kesulitan tinggi juga terdapat pada seri ORI IV lainnya yaitu pecahan 75 rupiah yang berharga 1 s/d 4,5 juta dan pecahan 100 rupiah.
Untuk pecahan 100 nya, karena gambarnya mirip dengan ORI 100 tembakau Maramis maka sering disebut sebagai ORI 100 tembakau Hatta. harganya sekitar setengah dari ORI 100 tembakau Maramis.

5. ORI Baru (New ORI), bertanggal "Djokjakarta 17 Agustus 1949" dan ditandatangani oleh Mr. Loekman Hakim.
Terdiri dari pecahan 10 sen baru (biru), 10 sen baru (merah), 1/2 rupiah baru (hijau), 1/2 rupiah baru (merah), 1 rupiah baru, 10 rupiah baru (hitam kuning), 10 rupiah baru (coklat merah) dan 100 rupiah baru (ada jenis uncutnya).
Tingkat kesulitan ORI baru sangat tinggi dan mempunyai harga jual yang tinggi. Termahal adalah 10 rupiah baru (hitam kuning) bernilai sekitar 1 s/d 4 juta rupiah, disusul 10 rupiah baru (coklat orange) Rp. 1 s/d 2,5 juta. Sedangkan pecahan 10 sen, 1/2 rupiah dan 1 rupiah masing2 benilai sekitar 200.000 s/d 1 juta rupiah.

Uang Indonesia Masa ORI


Mungkin banyak orang Indonesia yang belum tau tentang Uang Indonesia pada masa dahulu, mungkin sebahagian hanya mendengar tapi belum pernah melihatnya. mari simak dan perhatikan gambar Uang Indonesia periode ORI.

ORI :  merupakan singkatan dari Oeang Repoeblik Indonesia, dikeluarkan mata uang Indonesia ini dilakukan setelah Indonesia merdeka, tujuan dikeluarkan ORI ini selain sebagai alat tukar yang sah di Indonesia juga merupakan lambang negara.

Dalam Sejarah Mata Uang Indonesia, ORI diterbit sebanyak tiga kali, pertama adalah ORI I, ORI II dan ORI II, dan III selain alat tukar dan lambang negara, ORI menjadi kebanggan yang mampu menggelorakan semangat juang mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.
Pada tulisan kali ini saya akan mamparkan tentang terbitnya ORI dan beberapa gambar ORI yang pernah beredar di Indonesia:
1. ORI 1
ORI 1 Merupakan Mata Uang Pertama di Republik Indonesia, ORI 1 pertama dikeluarkan dengan pecahan bernilai 1 sen, 5 sen, 10 sen, 1/2 rupiah, 1 rupiah, 5 rupiah, 10 rupiah, 100 rupiah pada tahun 1946 tepatnya pada 30 Oktober ditandatangani oleh A.A Maramis. Pada hari itu juga dinyatakan bahwa uang Jepang dan uang Javasche Bank tidak berlaku lagi. ORI pertama dicetak Percetakan Canisius dengan desain sederhana dengan dua warna 
2. ORI 2 (Tahun 1947)
ORI II hanya mempunyai 4 pecahan, yaitu 5, 10, 25 dan 100 rupiah. Tiga diantaranya yaitu pecahan 5, 10 dan 100 rupiah mempunyai bentuk yang sama dengan ORI I. Hanya pecahan 25 rupiah saja yang berbeda. Semua pecahan bertanggal Djokjakarta 1 Djanuari 1947 dan ditandatangani oleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara.
Uang-uang seri ini tidak mempunyai pengaman yang baik, hanya kualitas kertas dan rahasia pada kode kontrol nomor seri saja yang membedakan apakah uang ini asli atau palsu.
3. ORI 3 (Tahun 1947)
Seri ORI III terdiri dari 7 jenis pecahan dari yang terkecil yaitu 1/2 rupiah sampai dengan yang terbesar yaitu 250 rupiah. Bertanggal Djokjakarta 26 Djuli 1947 dan ditandatangani oleh Mr. A.A. Maramis. Pada seri ini jugalah terdapat salah satu pecahan terlangka dari semua seri ORI yaitu pecahan 100 rupiah Maramis. Pecahan ini hanya bisa dikalahkan oleh pecahan 600 rupiah pada seri ORI IV.


Setelah ORI 3 maka Indonesia Mengeluarkan ORI 4 Pada Tahun 1948. jika anda berniat berburu uang kuno, mungkin ORI sebagai Mata Uang Pertama Indonesia bisa menjadi koleksi terbaik anda.

Uang Di Gunting Pada Tahun 1950


Pemerintahan RIS baru saja berdiri, tetapi jumlah uang yang beredar sudah mencapai angka 3,9 milyar rupiah. Jumlah tersebut dianggap berlebihan karena pemerintah mentargetkan uang beredar hanya sekitar 2,5 milyar rupiah atau sekitar 6 kali lipat dari posisi tahun 1938. Oleh karena itu pemerintah RIS harus mengambil tindakan mengurangi jumlah uang beredar sampai setengah dari jumlah yang ada.

Karena pada waktu itu pemerintah belum mampu mencari sumber pembiayaan dari pasar, maka menteri keuangan Mr. Sjafruddin Prawiranegara memilih tindakan pembersihan uang yang drastis, dengan sekali pukul menghasilkan dua keuntungan :
1. Langsung mengurangi jumlah uang beredar
2. Menghasilkan pinjaman sekitar 1,5 milyar rupiah

Tindakan pembersihan uang yang berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. PU/1 pada tanggal 19 Maret 1950 ini dikenal sebagai Gunting Sjafruddin (Safruddin cut), karena dilakukan dengan cara menggunting uang menjadi 2 bagian. Kita lihat iklan yang terdapat pada mingguan Sedar tertanggal 10 November 1950 (diambil dari Jurnal Rupiah asuhan pak Adi Pratomo).



Iklan dari mingguan Sedar 10 November 1950



Uang kertas yang terkena gunting adalah pecahan 5 gulden ke atas yang pada waktu itu masih dipergunakan oleh masyarakat, sedangkan uang Jepang (JIM), ORI dan ORIDA tidak terkena aturan tersebut. Mari kita lihat jenis2 uang yang terkena gunting Sjafruddin yaitu :


1. Semua pecahan seri JP Coen, mulai dari 5 gulden sampai dengan 1000 gulden




2. Semua pecahan seri wayang mulai dari 5 gulden sampai dengan 1000 gulden




3. Seri NICA pecahan 5 sampai dengan 500 gulden




4. Seri Federal 1946 pecahan 5 violet, 10 hijau dan 25 merah






Uang-uang kertas yang digunting dibedakan menjadi 2 bagian yaitu kiri dan kanan.

Bagian KIRI :

Tetap berlaku sebagai alat pembayaran yang sah dengan nilai setengah dari nilai semula. Dalam jangka waktu yang telah ditentukan (22 Maret sd 16 April 1950), bagian kiri uang dapat ditukar dengan uang baru yang diterbitkan oleh De Javasche Bank berupa pecahan 1/2, 1 dan 2,5 gulden. Ketiga pecahan baru tersebut dikenal sebagai seri Federal III tahun 1948. Sebelumnya pecahan di bawah 5 gulden bukan diterbitkan oleh DJB melainkan oleh pemerintah Hindia Belanda (seri munbiljet).



Bagian kiri dapat ditukar dengan uang baru bernilai 1/2 dari nominal semula




Seri Federal III 1948 merupakan seri yang diterbitkan sebagai pengganti bagian kiri uang yang dipotong. Tidak lama kemudian untuk mengisi kekosongan, dikeluarkan seri Federal I 1946 pecahan lainnya (5 coklat, 10 ungu, 25 hijau, 50, 100, 500 dan 1000 gulden) Jadi sebenarnya seri Federal I 1946 terdiri dari 2 jenis yang diedarkan pada saat yang berbeda :
Pecahan 5 violet, 10 hijau dan 25 merah yang terkena gunting Sjafruddin dan pecahan-pecahan lainnya yang diedarkan belakangan dan tidak terkena gunting. Tidak heran pecahan yang terkena gunting lebih sulit ditemukan dalam keadaan utuh dan tentunya berharga lebih mahal.


Bagian KANAN :

Bagian ini dapat ditukarkan dengan obligasi pemerintah senilai 1/2 dari harga uang semula. Obligasi ini berjangka waktu 40 tahun dengan bunga 3% pertahun. Walaupun dapat ditukarkan, tetapi masyarakat pada waktu itu banyak yang masih belum mengerti sehingga bagian kanan uang hanya disimpan di bawah bantal. Hal inilah yang menyebabkan mengapa banyak bagian kanan yang masih tersisa sampai saat ini.


Bagian kanan ditukarkan obligasi dengan nilai 1/2 nominal.


Obligasi pemerintah ini dikeluarkan dalam nominal 100, 500 dan 1000 rupiah, didalamnya terdapat Petikan Keputusan Menteri Keuangan tanggal 19 maret 1950 No. PU/2. Serta 43 buah kupon yang dapat digunting serta ditukarkan di semua kantor De Javasche Bank.


Obligasi pemerintah dengan nominal 100, 500 dan 1000 rupiah




Petikan Keputusan Menteri Keuangan No. PU/2 tanggal 19 Maret 1950




Kupon tahunan sebanyak 43 lembar dengan tingkat suku bunga 3%



Tiap kupon memiliki tanggal, tahun dan nilai nominal, untuk obligasi 100 rupiah tiap kupon bernilai R 3.- (3 rupiah), R 15.- untuk obligasi 500 rupiah dan R 30.- untuk obligasi 1000 rupiah. Selain itu setiap kupon memiliki nomor urut dari 1 sampai dengan 43. Nomor urut 1 artinya kupon tersebut dapat ditukarkan di kantor DJB pada tanggal 1 September 1951, nomor urut 2 dapat ditukarkan pada tanggal 1 September 1952 dan seterusnya sampai dengan nomor urut 43 pada 1 September tahun 1993. Tetapi siapa sih yang kerajinan setiap tahun menukarkan kupon2 tersebut? Rata-rata obligasi yang ada hanya terpakai 2-10 lembar kupon saja, bahkan ada yang masih utuh belum terpakai sama sekali.



Contoh kupon obligasi 1000 rupiah, tiap kupon bernilai R 30.- (30 rupiah). Perhatikan tanggal, tahun dan nomor urut di bagian kiri atas.



Akibat adanya kebijaksanaan ini sangat banyak uang-uang kertas DJB yang terkena imbasnya, sampai saat inipun seringkali kita menemukan uang2 kertas DJB pecahan besar hanya setengah sisinya saja. Tentu hal ini sangat mengurangi nilai uang tersebut, tetapi bagaimanapun juga kebijaksanaan gunting Sjafruddin merupakan bagian dari sejarah negara kita. Bangsa yang kuat adalah bangsa yang menghargai sejarahnya. Mari kita berharap semoga kejadian seperti ini tidak pernah terulang kembali.

Terima kasih atas bantuan saran, cerita, gambar dan lain sebagainya sumbangan para teman kolektor. Semoga artikel ini bermanfaat bagi kita semua.

Diberdayakan oleh Blogger.

Social Icons

Social Icons

Featured Posts